Thursday, 22 October 2015

Teori Kepribadian Menurut Carl Rogers

Riwayat Hidup Carl Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.

Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahuntahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.

Kemudian, setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya. Selama masa ini Rogers dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang psychoanalyst yang memisahkan diri dari Freudian yang ortodok. Tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.

Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalamanpengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu. Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut. Perkembangan Kepribadian  

Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Rogers

Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. 

Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu: 
1. Incongruence Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. 
2. Congruence Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.  

Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.

Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus. 

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). 
1. Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya  (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
2. Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.

Konsepsi Pokok Teori Rogers

Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
1. Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut: 
• Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhankebutuhannya. 
• Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri. 
• Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.  
2. Medan phenomenal
Medan phenomenal yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak. 
• Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai bermacam-macam sifat: 
a) Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan. 
b) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar. 
c) Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan). 
d) Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self. 
e) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman. 
f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar. 

Sifat Khas Individu Yang Berisi Penuh

Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh, yaitu: 
1. Keterbukaan pada pengalaman Bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapanungkapan baru. 
2. Kehidupan eksistensial Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru. 3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. 
4. Perasaan bebas Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. 
5. Kreativitas Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan. 

Aplikasi Dari Teori Carl Rogers

Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut non-directive therapy, kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud individualitas konseling yang setaraf dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.  

Wednesday, 21 October 2015

TEORI KEPRIBADIAN CARL GUSTAV JUNG



Carl Gustav Jung lahir di Kesswyl, suatu kota dikawasan Lake Constace di Canton Thurgau, Swiss, pada tanggal 26 Juli 1875 dan besar di Basel. Ayahnya adalah seorang pendeta pada Gereja Reformasi Swiss. Jung masuk Universitas Basel dengan tujuan untuk menjadi seorang ahli bahasa-bahasa kuno dan jika mungkin menjadi seorang arkeolog, tetapi suatu mimpi telah membangkitkan minatnya dalam studi ilmu-ilmu alamdan secara kebetulan dalam ilmu kedokteran. Setelah ia mendapat gelar kedokteran dari Universitas Basel ia menjadi asisten pada Rumah Sakit Jiwa di Burgholzli, Zurich, dan Klinik Psikiatri Zurich dan mulailah keriernya dalam psikiatri.

Dalam tahun 1909 ia melepaskan pekerjaannya di Burgholzli dan pada tahun 1913 ia melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada Universitas Zurich supaya dapat mencurahkan seluruh waktunya untuk praktik privat, memberikan latihan, penelitian, bepergian dan menulis. Selama bertahun-tahun ia mengadakan seminar dalam bahasa inggris untuk mahasiswa-mahasiswa yang berbahasa inggris, dan tak lama ia berhenti dari kegiatan mengajar, sebuah lembaga pendidikan untuk menghormat namanya didirikan di Zurich.

Pada tahun 1944 Jurusan Psikologi Kedokteran pada Universitas Basel dibuka khusus untuk Jung, tetapi kesehatannya yang mulai memburuk membuatnya terpaksa untuk berhenti dari jabatan ketua setelah satu tahun ia meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich dalam usia 85 tahun. Karya Jung yang diterbitkan setelah kematiannya adalah Memories, dreams, reflektions. Suasana buku itu tercermin dalam kalimat pertamanya “Kehidupanku adalah suatu kisah realisasi-diri ketidaksadaran”. Carl Gustav Jung diakui sebagai salah seorang diantara ahli-ahli pikir psikologi yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, aia mengabdikan dirinya dengan segenap tenaga dan tujuan tunggal untuk menganalisis proses-proses kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam.  

Teori kepribadian Jung biasanya dipandang sebagai teori psikoanalitik karena tekanannya pada proses-proses ketidaksadaran, namum berbeda dalam sejumlah hal penting dengan teori kepribadian Freud. Mungkin segi yang paling khusus dan mencolok dalam pandangan Jung tentang manusia adalah bahwa ia tidak hanya ditentukan oleh sejarah individu dan ras (kausalitas), juga ditentukan oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi (teologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku sekarang. Mengutip kata-kata Jung, “Orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”. Struktur Kepribadian Keseluruhan kepribadian atau psikhe, sebagaimana disebut oleh Jung terdiri dari sejumlah sistem yang berbeda, namun saling berinteraksi. Sistem-sistem yang terpenting adalah ego, ketidaksadaran pribadi berserta kompleks-kompleksnya, ketidaksadaran kolektif beserta arkhetipus-arkhetipusnya, persona, anima dan animus, dan bayang-bayang. Disamping sistem-sistem yang saling tergantung ini terdapat sikap-sikap introversi dan ekstraversi, serta fungsi-fungsi pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Akhirnya terdapat diri (self) yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian.

a. Kesadaran (Consciusness) dan Ego  
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar. Ego melahirkan perasan identitas dan kontinuitas seseorang, dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran. 

b. Ketidaksadaran Pribadi 
Ketidaksadaran pribadi adalah dearah yang berdekatan dengan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Isi dari ketidaksadaran pribadi, seperti isi bahan bahan prasadar pada konsep freud dapat menjadi sadar, dan berlangsung banyak hubungan dua arah antara ketidaksadaran pribadi dan ego. 

c. Kompleks-kompleks 
Kompleks adalah kelompok yang terorganisir atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik atau “mengkonstelasikan” berbagai pengalaman kearahnya.

d. Ketidaksadaran Kolektif 
Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri, tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi. 

e. Persona 
Persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta kebutuhan-kebutuhan arketipal sendiri. Ia merupakan peranan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang, sebagian yang oleh masyarakat diharapkan dimainkan oleh seseorang dalam hidupnya. Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan sering kali, meski tidak selalu, ia menyembunyikan hakekat sang pribadi yang sebanarnya. Persona adalah kepribadian publik.

f. Anima dan Animus 
Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingkat fisiologis, laki-laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan, demikian juga perempuan. Pada tingkat psikologis, sifat-sifat maskulin dan feminin terdapat pada kedua jenis tersebut. Hormon seksualitas hanyalah salah satu bentuk perwujudan kondisi-kondisi tersebut, yang paling mengesankan adalah munculnya konsepsi tentang biseksualitas manusia. Jung mengaitkan sisi feminin kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminin pada pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Karena ditentukan oleh kromosom-kromosom janis dan kelenjar-kelenjar sek dan produk daro pengalaman-pengalaman ras pria dengan wanita dan wanita dengan pria. Dengan kata lain karena hidup bersama wanita berabad-abad, pria telah menjadi feminin; karena hidup bersama pria, wanita telah menjadi maskulin. 

g. Bayang-bayang (Shadow) 
Arkhetipe bayang-bayang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah. Maka dari itu bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia. sebagai arkhetipe, bayang-bayang melahirkan dalam diri kita konsepsi tentang dosa asal; bila bayang-bayang diproyeksikan keluar, maka ia menjadi iblis atau musuh. Arkhetipe bayang-bayang juga mengakibatkan munculnya pikiran, perasaan, dan tindakan yang tidak menyenangkan dan patut dicela oleh masyarakat dalam kesadaran dan tingkah laku. Selanjutnya semua hal ini bisa disembunyikan dari pandangan publik oleh persona atau direpresikan kedalam ketidaksadaran pribadi. 

h. Diri (self) 
Diri adalah titik pusat kepribadian disekitar mana semua sistem lain terkonstelasikan. Ia mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada keribadian. Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang terus menerus diperjuangkan orang, tetapi yang jarang tercapai. Seperti semua arkhetipe, ia memotivasikan tingkah laku manusia dan menyebabkan oleh mencari kebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh agama. Pengalaman-pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman yang paling dekat ke diri (self hood) yang mampu dicapai oleh kebanyakan manusia.

i. Sikap 
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi dan sikap introversi. Sikap ektraversi mengarahkan sang pribadi ke dunia luar, dunia objektif, sikap introversi mengarahkan orang kedunia dalam, dunia subjektif. Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian, tetapi biasanya salah satu diantaranya dominan dan sadar, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego lebih bersifat ekstravert dalam relasinya dengan dunia, maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.


Terdapat empat fungsi psikologis fundamental, antara lain: 
1. Pikiran
Berfikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berfikir manusia memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri.
2. Perasaan
Perasaan adalah fungsi evaluasi; ia adalah nilai benda-benda, entah bersifat positif dan negatif, bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, dan cinta
3. Pendirian
Pendirian adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan, ia menghasilkan fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia
4. Intuisi
Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi dibawah ambang kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan. 

Dinamika Kepribadian Jung memandang kepribadian atau psikhe sebagai sistem energi yang setengah tertutup. Ia tidak disebut sama sekali tertutup karena energi dari sumber-sumber luar harus ditambahkan pada sistem, misalnya dengan makan, atau dikurangi dari sistem. Misalnya dengan malakukan pekerjaan yang menggunakan otot. Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika kepribadian sukar dibuat formulanya. Akhirnya Jung mencoba mendekati dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan fungsi maupun tujuan penggunaan energi psikis.

Beberapa prinsip-prinsip interaksi dan fungsi maupun tujuan penggunaan energi psikis, antara lain:
1.  Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara: saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). Prinsip oposisi paling sering terjadi, karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan (akibat konflik) adalah esensi hidup; tanpa itu tidak ada enerji dan tidak ada keperibadian. Oposisi muncul dimana-mana-ego versus shadow, introversi versus ekstraversi, berpikir versus berperasaan, dan anima/animus versus ego (juga saling berkompensasi). Oposisi juga terjadi antara tipe kepribadian, ekstraversi versus introversi, fikiran versus perasaan dan penginderaan versus intuisi.
2. Prinsip kompensasi 
Dipakai untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik. Umumnya terjadi antara sadar dan taksadar; fungsi yang dominan pada kedasaran dikompensasi oleh hal lain yang direpres. Misalnya kalau sikap sadar mengalami frustasi, sikap taksadar akan mengambil alih. Ketika orang tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap taksadar mengambil alih dan muncul ekspresi mimpi. Arsetip berkompensasi dengan pikiran sadar, anima/animus berkompensasi dengan karakter feminin/maskulin.
3. Prinsip penggabungan
Menurut Jung, kperibadian terus menerus berusaha untuk menyatukan pertentangan yang ada. Berusaha untuk mensintesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Integral ini hanya sukses dicapai melalui fungsi transeden. 

Energi Psikis 
Energi yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis. Energi psikis merupakan manifestasi energi kehidupan, yaitu energi organisme sebagai sistem biologis. Energi psikis lahir seperti semua energi vital lain, yaitu dari proses-proses metabolitik tubuh. Istilah Jung untuk energi kehidupan adalah libido. Tetapi ia juga menggunakan libido secara berganti-ganti dengan energi psikis. Jung tidak mempunyai pendirian tegas tentang hubungan antara energi psikis tetapi ia yakin bahwa hipotesis yang dapat diterima.  

Fungsi energi 
Interaksi antar struktur kepribadian membutuhkan energi. Jung berpendapat bahwa personality adalah sistem yang leratif, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah dari sistem energi lainnya. Kepribadian dapat mengambil energi baru dari proses boilogik dan dari sumber eksternal, yakni pengalaman individu, untuk memperkuat energi psikis. Berfungsinya kepribadian tergantung kepada bagaimana energi yang dipakai. Energi yang dipakai oleh kepribadian di sebut energi psikis, atau energi hidup (life energi). Energi itu tampak dari kekuatan semangat, kemauan, dan keinginan, serta berbagai proses seperti mengamati, berpikir, dan memperlihatkan.

Nilai psikis 
Ukuran banyaknya energi psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian disebut nilai psikis (psychic value) dari unsur itu. Suatu ide atau perasaan tertentu dikatakan memiliki value psikis yang tinggi kalau ide atau perasaan itu memainkan peran penting dalam meneruskan dan mengarahkan tingkah laku.

Kesamaan (equivalence) dan keseimbangan (entropy) 
Enegi psikis bekerja mengikuti hukum termodinamika, yaitu prinsip ekuivalen dan prinsip entropi. Prinsip ekuivalen menyatakan jumlah energi psikis selalu tetap, hanya distribusinya yang berubah. Jika energi pada satu elemen menurun, energi pada elemen lain akan naik. Misalnya, jika perhatian anak kepada orang tuanya menurun, maka perhatiannya kepada teman sebayanya akan naik. Orang yang energi sadarnya bertambah, energi energi taksadarnya akan berkurang. 

Prinsip entropi 
Dalam prinsip ini mengemukakan tentang kecenderungan energi menuju keseimbangan. Dua benda yang panasnya berbeda, manakala bersentuhan maka benda yang lainlebih panas akan mengalirkan panasnya kebenda yang lebih dingin, sampai tenperatur keduanya sama. Jadi apabila dua nilai psikis kekuatannya tidak sama, maka energi yang lebih tinggi akan mengalir ke energi yang lebih rendah, sampai terjadi keseimbangan. 

Perkembangan Kepribadian 
Perkembangan kepribadian adalah salah satu peristiwa psikis yang sangat penting, pendekatan Jung untuk menjelaskan mengapa peristiwa psikis itu terjadi lebih lengkap dibanding Freud. Pandangan Freud bersifat mekanistik atau kausalistik, menurutnya semua peristiwa disebabkan oleh semua yang terjadi pada masa lalu. Jung mengedepankan pandangan purposif atau teologik, yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Jung yakin bahwa dua pandangan ini, mekanistik dan purposif dibutuhkan dibutuhkan untuk melengkapi pemahaman terhadap kepribadian: masa kini bukan hanya ditentukan oleh masa lalu, tetapi juga oleh masa depan. Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara, karena terpenjara masa lalu. Manusia tidak bisa bebas menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu yang tidak dapat diubah itu yang menentukan apa yang akan terjadi. Sebaliknya prinsip purposif membuat membuat orang mempunyai perasaan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja. 

Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini dinamakan prinsip sinkronisitas. 

Thursday, 23 July 2015

TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS MENURUT SIGMUND FREUD

1. Tokoh dan Teori Dasar Psikoanalisis
Teori ini dikembangkan oleh Sigmund freud. Dia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di kota Moriviadan meninggal pada tanggal 23 September 1939, di London.
Teori Freud memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal – hal berikut :
a. Ketidaksadaran amat berpengaruh pada perilaku manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
b. Pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruhterhadap kepribadian masa dewasa.  Ini menujukkan bahwa manusia dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
c.Kepribadian manusia terbentuk dari berdasarkan cara-
cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. 
Ini menunjukkan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan  
Ada dua asumsi yang mendasari teori Psikoanalisis Freud, yaitu :
a. Determinasi Psikis ( psychic Determinism ), segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud dan itu semua secara alami sudah ditentukan.
b. Motivasi tak sadar ( unconscious motivation ), sebagian  besar tingkah laku individu ( seperti perbuatan, berpikir dan merasa ) ditentukan oleh motif tak sadar.  

2. Struktur Kepribadian
Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu :
a. Id ( das es ), aspek biologis kepribadian
Id merupakan komponen kepribadian yang primitif, instinktif ( yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink ) dan rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id beroirientasi pada prinsip kesenangan atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis. 
b. Ego ( das ich ), aspek psikologis kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan ( decision maker ) tentang instink – instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional dan berorientasi kepada prinsip realitas. Peranan utama Ego adalah sebagai mediator ( perantara ) atau yang menjembatani antara Id ( keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan ) dengan kondisi atau dunia luar yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yan bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan Id.
c. Super ego ( das uber ich ), aspek sosiologis kepribadian
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Individu menginternalisasi berbagai norma sosial tersebut. Dalam arti, individu menerima norma – norma sosial atau prinsip – prinsip moral tertentu kemudian menuntut individu yan bersangkutan untuk hidup sesuai dengan norma tersebut.
Freud membandingkan struktur kepribadian atau lapisan kesadaran itu dengan gunung es yang menggambarkan bahwa kesadaran itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu :
a. Kesadaran (conscious )merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu
b. Ambang sadar ( preconscious ) merupakan lapisan jiwa dibawah kesadaran, sebagia tempat penampungan dari ingatan – ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat 
diingat kembali.
c. Ketidaksadaran ( unconscious ) merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu. Area ini merupakan gudang dari instink – instink atau pengalaman – pengalaman yang tidak menyenangkan yang direpres.

3. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energi psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan ( anxiety ).
a. Instink
Instink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan ( wishes ). Dalam kenyataan, instink hanya merefleksikan sumber – sumber kepuasan badaniah atau kebutuhan – kebutuhan ( needs ). Tujuan dari instink adalah mereduksi ketegangan yang dialami sebagai suatu kesenangan
b. Pendistribusian dan penggunaan energi psikis
Energi psikis ini pada awalnya dimiliki sepenuhnya oleh Id. Tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan atau mencapai kepuasan dorongan secara nyata dan proses identifikasi nilai – nilai moral anak kepada orang tua, maka energi tersebut mangalami pendistribusian diantara ketiga sistem kepribadian : Id, ego dan super ego.
Oleh karena dalam proses pendistribusian energi itu terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik diantara ketiganya tidak dapat dielakkan lagi. Disamping itu ada kemungkinan ego mendapat tekanan yang begitu kuat, baik dari Id maupun super ego Apabila tekanan itu begitu mengancam sehingga melahirkan kecemasan maka ego itu membentuk mekanisme pertahanan  ( defence mechanism ).

4. Perkembangan Kepribadian
Makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah “ belajar tentang cara – cara baru untuk mereduksi ketegangan ( tension reduction ) dan memperoleh kepuasan ”. Ketegangan itu bersumber pada empat aspek, yaitu :
a. Pertumbuhan fisik
b. Frustasi
c. Konflik
d. Ancaman 
Perkembangan kepribadian berlangsung melaui tahapan – tahapan perkembangan psikoseksual yaitu tahapan periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian masa dewasa. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia sebagian besar  ditentukan oleh perkembangan seksualitasnya. Keeratan antara seks dan kepribadiang ini dikemukakan juga oleh Masters dan Jhonson : “ seksualitas adalah dimensi dan pernyataan dari kepribadian ”.
Menurut model perkembangan Freud , diantara kelahiran dan usia lima tahun ( usia balita ), anak mengalami tiga tahap perkembangan yaitu, oral , anal , dan phalik. Ketiga tahap ini disebut juga masa pragenital. Setelah usia lima tahun – tahap laten – dorongan seksual cenderung direpres ( ditekan ). Setelah masa ini anak mengalami masa kematangan seksualnya yaitu pada tahap genital.

5. Implikasi Teori Kepribadian Psikoanalisis terhadap Bimbingan dan Konseling
Psikoanalisis dibangun berdasarkan kinerja Freud dalam membantu para pasien yang mengalami masalah kejiwaan. Oleh karena itu psikoanalisis dipandang juga sebagai pendekatan atau metode terapi ( bimbingan dan konseling ). Ada beberapa implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling , yaitu :
a. Tujuan bimbingan dan  konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk :
1) memperkuat ego sehingga mampu mengontrol dorongan – dorongan instink
2) meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan bekerja
b. Metode bimbingan dan konseling
Para analis dalam membantu pasien menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1) Asosiasi bebas
Asosiasi bebas ini merupakan teknik utama psikoanalisis. Pasien diminta unutk mengatakan ( mengungkapkan ) apa saja yang berada dalam pikirannya ( perasaannya ).
2) Analisis mimpi
Teknik ini sangat terkait dengan asosiasi bebas. Ketika pasien tidur, ego menjadi lemah unutk mengontrol dorongan – dorongan Id atau hal  - hal yang tidak disadari. Dalam hal ini pasien diminta unutk menceritakan isi mimpinya kepada konselor. 
3) Interprestasi
Melalui interprestasi dari konselor ini pasien menjadi terdorong untuk mengakui ketidaksadarannya, baik terkait dengan pikiran, kegiatan, atau keinginan – keinginannya.
4) Resistensi
Resistensi pasien ini dinyatakan dalam banyak cara, seperti : tidak menepati janji, menolak interprestasi dan banyak menghabiskan waktu untuk diskusi.
5) Transferensi
Transferensi terjadi ketika pasien merespon analis ( konselor ) sebagai seorang figur pada waktu kecil ( orang tua ).

Dasar Teori Kepribadian

 1. Pengertian Teori Kepribadian
Untuk memahami teori kepribadian, terlebih dahulu dijelaskan tentang pengertian teori. Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut ( C.George Boeree,2005 : 1).
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut dikemukakan beberapa dari para ahli:
a. Hall & Lindsay, mengemukakan bahwa kepribadian dapat diartikan sebagai :
1) Ketermpilam atau kecakapan social ( social skill )
2) Kesan yang paling menonjol yang ditunjukkan orang terhadap orang lain.
b. Woodworth, mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “ kualitas tingkah laku total individu “
c. Dashiel, mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi"
d. Derlegha, Winstead & Jones ( 2005 ) mengartikan “Sistem yang relatif stabil mengenai  karakteristik individu yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan  tingkah laku yang konsisten”.
e. Allport, mengemukakan lima tipe definisi kepribadian sebagai berikut:
1) Rag – Bag, yan merumuskan kepribadian dengan cara numerisasi
2) Integratif dan konfiguratif, yang menekankan pada organisasi ciri – ciri pribadi
3) Hirarchis, kepribadian dinyatakan dalam empat pribadi ( selves ) : material, social, spiritual, dan  pure ego atau self of self
4) Adjustment, “Integrasi dari system kebiasaan individu dalam menyesuaikan dirinya dengan  lingkungannya’.
5) Distinctiveness ( uniqueness ), “Sistem disposisi dan kebiasaan yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok yang sama”.

2. Pola Kepribadian
Elizabeth B. Hurlock ( 1986 ) mengemukakan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan  struktur yang multidimensi yang terdiri atas “self concept” sebagai suatu inti atau pusat gravitasi kepribadian dan “traits” sebagai struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola –pola respon, yakni
a. Self concept, diartikan sebagai :
1) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya
2) kualitas pensifatan individu tentang dirinya
3) suatu system pemaknaan individu dan pandangan orang lain tentang dirinya.
b. Traits ( sifat atau karakteristik ), berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak.  Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan  karakteristik  respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisiten dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk meraksi rangsangan dari lingkungannya.

3. Perubahan Kepribadian
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan kepribadian diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor fisik, seperti gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang, minuman keras dan gangguan organic
b. Faktor lingkungan social budaya, seperti krisis politik, ekonomi dan keamanan yang menyebabkan masalah pribadi dan masalah sosial.
c. Faktor diri sendiri, seperti tekanan emosional dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang

4. Karakteristik Kepribadian
Salah satu kunci dari definisi kepribadian adalah “penyesuaian ( adjustment)”. Alexander A.  Scheneiders ( 1964 ), mengartikan penyesuaian adalah :
“suatu respon individu baik yang bersifat behavioural maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara  keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan ( norma ) lingkungan”.
Menurut E.B Hurlock mengemukakan bahwa penyesuaian ditandai dengan :
a. Mampu menilai diri secara realistik
b. Mampu menilai situasi secara realistic
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik
d. Menerima tanggung jawab
e. Kemandirian
f. Dapat mengontrol emosi
g. Berorientasi pada tujuan
h. Berorientasi keluar
i. Penerimaan sosial
j. Memiliki filsafat hidup
k. Berbahagia
Adapun kepribadian yang tidak sehat diantaranya ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Mudah marah
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan
d. Hiperaktif
e. Besikap memusuhi semua bentuk otoritas
f. Sulit tidur
g. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
h. Senang mengkritik orang lain
i. Bersikap pesimis
j. Mempunyai kebiasaan berbohong

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Teori Kepribadian
Menurut Stefflre dan Matheny ada beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian, yakni :
a. Personal, teori merupakan refleksi dari kepribadian pembangunannya
b. Sosiologis, corak kehidupan sosial budaya tempat pembangunan teori itu hidup 
c. Filsafat, cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu fenomena kehidupan.
d. Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangun teori.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor  heriditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment)

1. Faktor Genetika ( Pembawaan )
Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola pola kepribadian tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak scara langsung karena yang dipengaruhi secara langsung adalah :
a. Kualitas sisitem syaraf
b. Keseimbangan biokimia tubuh 
c. Keseimbangan struktur tubuh

Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah :
a. Sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi dan tempramen
b. Membatasi perkembangan kepribadian ( meskipun kondisi lingkungannya sangat baik / kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas dan mempengaruhi keunikan keperibadian.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan cara tertentu. Dalam kaitan  ini, Pervin ( 1970 ) mengembukakan penelitian – penelitian tersebut.
a. Penelitian dengan metode sejarah keluarga
Galton ( 1870 ) telah meneliti kegeniusan yang dikaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya adalah menunjukkan bahwa kegeniusan itu berkaitan erat dengan keluarga. Temuan ini bukti yan mendukung teori hereditas tentang kegeniusan individu.
b. Metode selektivitas keturunan
Tryon ( 1940 ) menggunkan pendekatan ini dengan memilih tikus – tikus yang pintar, cerdas ( bright ) dengan yang bodoh ( dull ). Ketika tikus – tikus itu dikawinkan ternyata keturunannya memiliki kecerdasan yang terdistribusi normal. 
c. Penelitian terhadap anak kembar
Menurut Vandenberg ( 1962 ) studi tentang pasangan kembar ini menujukkan bahwa faktor genetika mempunyai pengaruh yang :
1) relatif tinggi terhadap kemampuan intelektual ( kecerdasan )
2) relatif rendah terhadap karakteristik kepribadian 
d. Keragaman konstitusi ( postur tubuh )
Penelitian terhadap konstitusi tubuh ini didasarkan kepada asumsi bahwa karakteristik fisik berhubungan dengan kepribadian.

2. Faktor Lingkungan ( environment )
Faktor yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan dan sekolah.
a. Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah
1) Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama yang menjadi pusat identifikasi anak
2) Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga
3) Para anggota keluarga merupakan significant people bagi pembentukan kepribadian anak
b. Kebudayaan 
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi ( mengatur ) kehidupan kita mulai dari lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita unutk mengikuti pola – pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita.
c. Sekolah

Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor – faktor yang dipandang sebagai penagruh diantaranya :
1) Iklim emosional kelas
2) Sikap dan perilaku guru
3) Disiplin ( tata tertib )
4) Prestasi belajar
5) Penerimaan teman sebaya